Posts Tagged ‘sisterhood’

Part 1

—————–

Aku makin tidak paham siapa engkau sebenarnya. Misterius… tapi mudah digapai dan dekat. Seolah semua yang kau ceritakan itu hanya ada ditelenovela atau novel yang masuk kategori best seller. Berawal dari rasa penasaranku akan munculnya mahkluk sepertimu diprogram kuliah ini. Rasanya tidak mungkin ada manusia macam kamu masuk dan tertarik mendalami program ini. Penampilanmu sangat tidak cocok berada disini. Program ini identik dengan kemiskinan. Program yang biasanya dijejali oleh orang-orang yang tidak terlahir sebagai “kelompok atas”, biasanya disebut degan kelompok menengah yang menjerumuskan diri dalam kerja-kerja sosial. Bukan berarti tidak doyan kekayaan. Ah…kalau masalah doyan tidaknya itu sangat relative.

Kembali kerasa penasaranku diawal kuliah. Kau sosok perempuan yang membuat perhatian semua orang didalam kelas. Semua mata memandangmu heran. Datang terlambat, jarang masuk saat matrikulasi (kuliah-kuliah awal) dan layaknya model (baik dandanan maupun gaya berjalanmu).aku perempuan

Aku pun tertawa geli dalam hati, ini benar mahasiswa kelas ini atau salah masuk ruang atau setiap kali kuliah sekalian akan mendatangi kondangan jadi dandannya sangat istimewa. Itu keheranan diawal-awal pertemuan. Dan makin heran lagi karena hampir semua dosen (yang sudah berlebel profesor) dengan mudah dan enteng menyebut namamu, seakan kamu adalah teman bermain mereka. Aku heran sekaligus salut “ada ya orang kayak kamu, siapa sih sebenarnya kamu”. Ini aku tidak sedang iri, bahkan aku ikut senang ada perempuan sepertimu. Sangat percaya diri dengan diri sendiri. Dan kalaupun nanti nilaimu jauh melesat diatas nilaiku karena dekat dengan dosen-dosen  aku juga tidak iri. Rasa iri dalam diriku sudah aku obral dan laku keras. Aku hanya penasaran siapa sih dirimu itu? Mahluk yang muncul dari manakah engkau?

Ruangan ini memang didominasi oleh perempuan apalagi angkatanmu, kita satu kelas hanya dimata kuliah tertentu. Tak heran juga teman-teman sekelasmu banyak yang iri akan kedekatamu dengan dosen. Oh…hampir lupa…sebenarnya ketenaranmu tidak berhenti didalam kelas. Kayaknya semua angkatan yang masih eksis digedung ini kenal denganmu, tak luput juga dosen-dosen diluar program kita. Untaian ketenaran itu semakin membuatku ingin tahu, siapa sih engkau????

Kembali kekeirian teman-teman kelasmu. Sekali lagi aku tidak heran, bagaimana tidak, engkau jadi artis dari generasi kegenerasi dan semua dosen digedung ini. (Hahahahhaa….) ingin rasanya tertawa setiap melihat ekspresi teman sekelasmu kalau sedang menatap tingkahmu. Sebatas yang aku tahu…engkau tidak punya teman dekat dikelas, ya…dimaklumi saja..karena engkau barang langka. Tapi bukan berarti engkau tidak punya teman. Semua orang adalah temanmu, kamu sapa setiap orang yang ada dijalan dan senyummu selalu menghiasi wajahmu yang tak pernah luput dari dandanan. Tepatnya kau tidak punya teman untuk curhat. Aku cuma nebak sih. Aku cukup diuntungkan karena beberapa mata kuliah mempertemukan kita. Mudah bagiku untuk semakin mengurai penasaranku siapa kau wahai perempuan. Setiap kali kita duduk berdekatan aku mencoba mengajakmu bercanda dan itu ternyata membuatmu mau diajak ngobrol. Ya syukurlah…kau masih normal mau diajak bercanda. Kita sangat asyik ngobrol, teman-teman sekelas kita sangat heran akan kedekatan kita. Padahal bagiku ngobrol dan bercanda adalah hal lumrah. Mereka saja yang enggan ngorbol denganmu kalau sedang duduk  berdampingan denganmu. Memilih diam dan seolah-olah memperhatikan dosen yang sedang mengajar (benar tidaknya akupun tidak berhak menghakimi).

Ini analisaku secara srampangan. Teman perempuan kita dalam satu kelas iri denganmu karena keberhasilanmu. Bagi mereka itu sebuah saingan atau kendala. Meskipun kita sama-sama perempuan, mereka lebih suka mengosipimu meski tidak tahu benar tidaknya. Dan aku tahu kau merasakan adanya gosip itu tapi tak kuasa untuk menghentikan gosip-gosip itu. Berbeda denganku, saking menyatunya diriku dengan isu perempuan semua perempuan adalah saudaraku apalagi gosip yang beredar sering bias gender. Jadi meskipun aku tidak kenal dan tidak tahu benar tidaknya gosip itu aku lebih senang membelamu. Singkatnya “jangan menilai buku dari sampulnya” . Kalau aku paham teori dan menghidupi isu perempuan itu bukan hal istimewa. Maka malah aneh jika aku ikut mengosip, dan parahnya ikut tertawa jika ada dosen yang membuat lelucon bias gender berawal dari kecantikan dan penampilanmu.

…….. bersambung ke part 2